Minggu, 26 Januari 2014

Tugas Besar Kritik arsitektur Artikel Ketiga


NAMA   : DIDI PRATOMO
NPM      : 21310999
KELAS  : 4 TB01
1.     Kritik Terukur
Villa San Valentino, Merano, Alto Adige, Italy
Profil Bangunan :
Architects                   : Architekt Stephen Unger
Location                      : Merano, Alto Adige, Italy
Architect in Charge    : Stephan Unger
Assistant                     : Wolfgang Höllmüller
Site Manager              : Martin Geier, Franz Derntl
Client                          : Dr.Erich Höller
Engineering                : Gerhard Derntl
Project Area                : 400 sqm
Project Year                : 2006-2008
Berikut adalah villa di San Valentino, dirancang oleh arsitek Australia Stephan Unger , yang terletak di Merano, Alto Adige, Italia. Ini mengingatkan saya pada Rumah Gadang, Rumah Gadang adalah sebuah rumah tradisional di salah satu suku di Indonesia. Vila ini memiliki atap yang besar dan bentuk yang unik. Banyak dari lengkungan dan arsitektur yang mirip dengan rumah-rumah tradisional, tetapi villa ini menyediakan lebih dari itu. Kaca besar di sisi tepat di bawah atap dan diperbesar untuk membentuk dinding kaca memberikan pandangan luas kearah luar. Kamar cukup besar dan menggunakan konsep sederhana dan modern. Pencahayaan yang baik dan cukup untuk menerangi ruangan sekaligus untuk mendapatkan dari dinding kaca jendela. Berdasarkan artikel yang saya baca di salah satu arsitek dalam merancang tugas website villa ini adalah " merencanakan rumah bi - familiar pada tingkat arsitektonis tinggi untuk kohabitasi dari tiga generasi dengan ruang umum. " Mirip dengan Rumah Gadang, villa ini menyediakan luas ukuran kamar memadai bagi penghuninya.
2.     Kritik Typikal
Villa San Valentino, Merano, Alto Adige, Italy
Jika dilihat Bangunan ini memakai jenis bahan bangunan / material bangunan Kac, Beton Expose, Kusen alumunium, tentunya semen dan pasir. Untuk Lokasi dan penempatan villa ini sudah tepat Villa ini ditempatkan di sebuah dataran tinggi dan masih memiliki pemandangan yang indah. Dan bangunan ini memiliki ciri atap yang Gonjong dan ini merupakan salah satu arsitektur tradisional yang dimiliki oleh indonesia, yaitu Arsitektur Tradisiona Minangkabau.
Pemandangan yang sangat indah, Villa San Valentino, Merano, Alto Adige, Italy

Tugas Besar Kritik Arsitektur Artikel Kedua

NAMA   : DIDI PRATOMO
NPM      : 21310999
KELAS  : 4 TB01
1.     Kritik Interpretif
Universitas Andalas, Kota Padang, Sumatera Barat
Profil Bangunan         :          
Nama Bangunan         :           Universitas Andalas
Lokasi                         :           Kota Padang , Sumatra Barat
Bangunan ini memiliki arsitektur yang unik: kombinasi dari model atap tradisional Minangkabau (tanduk kerbau) dan struktur yang bergaya modern. Keduanya dikombinasikan dengan harapan membangkitkan Arsitektur tradisional yang ada diindonesia, karena diindonesia banyak sekali ragam suku dan budaya sehingga banyak sekali Arsitektur Tradisional didalamnya. Jika bukan kita sebagai bangsa indonesia yang membangkitkan arsitektur dalam negeri kita siapa lagi, jangan sampai warisan nenek moyang kita ini diambil oleh negara lain.
2.     Kritik Normatif
Universitas Andalas, Kota Padang, Sumatera Barat
            Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan             dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu             model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. yang berarti bangunan Universitas Andalas ini mengacu pada sebuah prinsip, model dan pola Arsitektur minangkabau dan menggunakan bahan material seperti Beton, Kaca sehingga bangunan ini dikombinasikan menjadi arsitektur tradisional yang lebih Modern.

Tugas besar Kritik Arsitektur Artikel Pertama


NAMA   : DIDI PRATOMO
NPM      : 21310999
KELAS  : 4 TB01
1.      Kritik Impresionis

Masjid Raya, Sumatra Barat
Profil Bangunan         :          
Nama Bangunan         :           Masjid Raya Sumatra Barat / Masjid Mahligai Minang
Lokasi                         :           Kecamatan Padang Utara, Kota Padang , Sumatra Barat
Arsitek                                          :              Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain Masjid                                                 Raya Sumatera Barat, Tahun 2007
Ketika ku melihatmu dari kejauhan...
Kufikir kau bukanlah sebuah Masjid...
Akan tetapi setelah kudekati dirimu...
Kubaru melihat keindahanmu sebagai sebuah Masjid...
Melihat atapmu yang Gonjong...
Kuteringat akan sebuah Arsitektur Tradisional...
Oh iya Aku Ingat...
Itu adalah Arsitektur Minangkabau...
Pandanganku berpaling kesisi- sisimu...
Ku melihat Banyak Ornamen...
Ternyata itu adalah ukiran minang dan kaligrafi...
Semua itu akhirnya menyadarkanku...
Bahwa kau adalah sebuah Masjid...
Masjid yang bertipologikan Arsitektur Minangkabau...





2.      Kritik Deskriptif
Masjid Raya, Sumatra Barat
Masjid Raya Sumatera Barat atau juga dikenal sebagai Masjid Mahligai Minang adalah salah satu Masjid terbesar di Indonesia yang terletak di Kecamatan Padang Utara, Kota Padang , Sumatra Barat. Masjid yang pembangunannya masih dalam tahap pengerjaan ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat.
Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 oleh Gurbenur Sumatra Barat saat itu, Gumawan Fauzi. Pengerjaannya dilakukan dalam beberapa tahap yang terkendala karena hanya mengandalkan dana APBD Sumatera Barat.
Hingga saat ini pemakaian masjid ini untuk aktivitas ibadah belum dapat dilakukan karena ketiadaan fasilitas listrik dan air bersih. Meski tidak rutin, masjid ini sudah difungsikan untuk berbagai kegiatan; tabligh akbar dan pelaksanaan Salat Ied. Selain itu, kegiatan wirid di lingkungan Pegawai negeri sipil pemerintah provinsi Sumatera Barat dipusatkan di masjid ini.
Arsitektur masjid ini merupakan hasil rancangan Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007. Secara umum, arsitektur masjid ini mengikuti Tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran Minang sekaligus Kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, arsitektur masjid ini juga menggambarkan kejadian peletakan batu Hajar Aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh empat orang perwakilan suku di Mekkah pada setiap sudutnya.