NAMA : DIDI PRATOMO
NPM : 21310999
KELAS : 4 TB01
1. Kritik
Impresionis
Nama
Bangunan : Masjid Raya Sumatra Barat / Masjid Mahligai Minang
Lokasi : Kecamatan Padang Utara, Kota Padang ,
Sumatra Barat
Arsitek : Rizal
Muslimin, pemenang sayembara desain Masjid Raya
Sumatera Barat, Tahun 2007
Ketika
ku melihatmu dari kejauhan...
Kufikir
kau bukanlah sebuah Masjid...
Akan
tetapi setelah kudekati dirimu...
Kubaru
melihat keindahanmu sebagai sebuah Masjid...
Melihat
atapmu yang Gonjong...
Kuteringat
akan sebuah Arsitektur Tradisional...
Oh
iya Aku Ingat...
Itu
adalah Arsitektur Minangkabau...
Pandanganku
berpaling kesisi- sisimu...
Ku
melihat Banyak Ornamen...
Ternyata
itu adalah ukiran minang dan kaligrafi...
Semua
itu akhirnya menyadarkanku...
Bahwa
kau adalah sebuah Masjid...
Masjid
yang bertipologikan Arsitektur Minangkabau...
2.
Kritik
Deskriptif
Masjid Raya Sumatera
Barat atau juga dikenal sebagai Masjid Mahligai Minang adalah salah satu Masjid terbesar di Indonesia yang terletak
di Kecamatan Padang Utara, Kota
Padang , Sumatra Barat. Masjid yang pembangunannya
masih dalam tahap pengerjaan ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat.
Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu
pertama pada 21 Desember 2007 oleh
Gurbenur Sumatra Barat saat itu, Gumawan Fauzi. Pengerjaannya
dilakukan dalam beberapa tahap yang terkendala karena hanya mengandalkan dana
APBD Sumatera Barat.
Hingga saat ini pemakaian masjid ini untuk aktivitas
ibadah belum dapat dilakukan karena ketiadaan fasilitas listrik dan air bersih. Meski tidak rutin, masjid ini sudah difungsikan
untuk berbagai kegiatan; tabligh akbar dan pelaksanaan Salat
Ied. Selain itu, kegiatan wirid di lingkungan Pegawai negeri sipil pemerintah provinsi Sumatera
Barat dipusatkan di masjid ini.
Arsitektur masjid ini merupakan hasil
rancangan Rizal Muslimin, pemenang sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat
yang diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007. Secara
umum, arsitektur masjid ini mengikuti Tipologi arsitektur Minangkabau dengan
ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran Minang sekaligus
Kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, arsitektur masjid ini juga
menggambarkan kejadian peletakan batu Hajar Aswad dengan menggunakan kain yang
dibawa oleh empat orang perwakilan suku di Mekkah pada setiap sudutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar